A. Program Landsat
Program Landsat adalah sebuah program paling lama untuk mendapatkan citra
Bumi dari luar angkasa. Satelit Landsat pertama diluncurkan pada tahun 1972. Program ini dulunya disebut Earth
Resources Observation Satellites Program ketika dimulai tahun 1966, namun diubah menjadi Landsat pada
tahun 1975.
Tahun 1979, Presidential Directive 54 di
bawah Presiden AS Jimmy Carter mengalihkan operasi Landsat
dariNASA ke NOAA, merekomendasikan pengembangan sistem
operasional jangka panjang dengan 4 satelit tambahan, serta merekomendasikan
transisi swastanisasi Landsat. Ini terjadi tahun 1985 ketika EOSAT, rekan Hughes Aircraftdan RCA, dipilih oleh NOAA untuk
mengoperasikan sistem Landsat dalam kontrak 10 tahun. EOSAT mengoperasikan
Landsat 4 and 5, memiliki hak ekslusif untuk memasarkan data Landsat, serta
mengembangkan Landsat 6 dan 7.
Tahun 1989, transisi tersebut tak berakhir secara
keseluruhan ketika pendanaan NOAA untuk program Landsat berakhir, dan NOAA
menangani Landsat 4 dan 5 sebelum berakhir; namun Undang-undang Kongres AS
menyediakan dana darurat untuk sisa tahun terakhir. Pendanaan ini terhenti lagi
pada tahun 1990, dan sekali lagi Kongres menyediakan dana darurat untuk 6 bulan
ke depan. Masalah pendanaan terjadi lagi tahun 1991, dan menghasilkan solusi
serupa. Tahun 1992, berbagai upaya dilakukan untuk
mengucurkan dana untuk operasi lanjutan Landsat, namun pada akhir tahun EOSAT
mengentikan pengolahan data Landsat. Sehingga peluncuran dan kemunculan
terincikan sebagaimana berikut:
·
Landsat 1 (mulanya dinamakan Earth
Resources Technology Satellite 1) - diluncurkan 23 Juli 1972, operasi berakhir tahun 1978
·
Landsat
8 - diluncurkan 11 Februari 2013, pembaharuan dari landsat sebelumnya
Landsat (Land Satellites) merupakan satelit
sumberdaya bumi yang paling sering digunakan. Pada mulanya bernama ERTS-1
(Earth Resources Technology Satellite). Konfigurasi dasar satelit
Landsat 1, 2, dan 3 adalah berbentuk kupu-kupu dengan tinggi kurang lebih 3
(tiga) meter, bergaris tengah 1,5 meter dengan panel matahari yang melintang
kurang lebih 4 meter. Berat satelit Landsat kurang lebih 815 kg dan diluncurkan
dengan orbit lingkarnya pada ketinggian 920 km. Orbit satelit melalui 90 Kutub
Utara dan Kutub Selatan, mengelilingi bumi satu kali dalam 103 menit pada jarak
2.760 km di equator sehingga menghasilkan 14 kali orbit dalam sehari.
Landsat 1, 2, dan 3 diluncurkan ke orbit, melintasi
equator pada jam 9.42’ siang hari waktu setempat. Sensor Landsat meliput
lebar rekaman 185 km. Landsat 1 dan 2 membawa 2 sensor, yaitu RBV (Return
Beam Vidicon) dan MSS (Multispectral Scanner). Pada Landsat-3,
memiliki rancang bangun yang berbeda, yaitu ada tambahan saluran termal (10,4 –
12,6) mm pada sensor MSS dan resolusi spasial sistem RBV ditingkatkan dengan
menggunakan sistem 2 kamera lebar (bukan multispektral). Namun saluran
termal pada Landsat-3 MSS mengalami masalah dalam pengoperasiannya, menyebabkan
kegagalan, sehingga hanya empat saluran yang dapat meyajikan data dan
resolusinya 79 m.
Sensor RBV pada Landsat-3 ini membuahkan citra
berspektrum lebar dengan faktor peningkatan medan sebesar 2,6 dibandingkan RBV
multispektral pada Landsat-1 dan Landsat-2. Selanjutnya
diorbitkan Landsat-4 dan Landsat-5, yang merupakan pengembangan daripada
Landsat-1, 2 dan 3. Adapun kelebihan daripada Landsat-4 dan 5
dibandingkan dengan Landsat-1, 2 dan 3, antara lain sebagaimana berikut
·
Stabilitas
yang semakin baik,
·
Peningkatan sensor
spasial,
·
Kepekaan
radiometrik,
·
Laju pengiriman
datanya lebih cepat,
·
Fokus penginderaan
informasi pada vegetasi dan
·
Pengembangan
sistem sensor.
Sensor pada Landsat-4 dan 5 disamping memiliki 4 sensor
MSS ditambah juga dengan sensor TM (Thematic Mapper), dan ETM (Enhanced
Thematic Mapper). Pada bulan Februari 1993, Landsat-6 diluncurkan namun
mengalami kegagalan, karena tidak mencapai orbit dan akhirnya jatuh ke
laut. Landsat-6 ini telah mengalami peningkatan pada kemampuan
sensornya. Selain memiliki sensor TM dan ETM, juga ditambahkan
saluran termal (10,4-12,6 µm). Pada Landsat-4, 5 dan 6, terjadi
perubahan-perubahan mendasar dibandingkan dengan Landsat sebelumnya antara lain
:
·
Perubahan waktu
lintas equator dari jam 9.42 menjadi jam 11.00,
·
Ketinggian orbit
dari 920 km menjadi 705 km,
·
Menggunakan gps (global
positioning system) canggih untuk menghasilkan rekaman letak ketinggian
satelit yang tepat,
·
Menggunakan sistem
pengirim data lintas tdrss (tracking data relay satellite system).
Sistem ini menggunakan 2 satelit komunikasi untuk melakukan pengiriman data
dari landsat ke stasiun bumi di seluruh dunia,
·
Interval waktu
pemotretan daerah yang sama yaitu 16 hari.
B. Sensor Pada Landsat
Pada
proses pengambilan citra landsat terdapat bagian yang disebut dengan sensor.
Sensor ini berfungsi sebagai kepekaan warna pada citra sehingga gambar yang
dihasilkan aja jelas sesuai dengan pantulan warnanya. Adapun sensor pada
landsat yang akan dijelaskan sebagaimana berikut:
1. Sensor Return Beam
Vidicon (RBV)
Sistem Return
Beam Vidicon (RBV) adalah instrumen semacam televisi yang mengambil
citra “snapshot” dari permukaan bumi di sepanjang track lapangan
satelit yang berukuran 185 km x 185 km pada setiap interval waktu
tertentu. Pada Landsat-1 dan 2, multispektral RBV mempunyai resolusi 80
m, sementara pada Landsat-3, RBV menggunakan band Pankromatikdan
resolusi 40 m. Sistem RBV ini menggunakan tiga kamera televisi, dengan
kepekaan spektral masing-masing kamera sama dengan satu lapis film inframerah
berwarna dengan komposisi sebagai berikut
· Saluran 1 peka terhadap gelombang
hijau (0,475 – 0,575 µm)
· Saluran 2 peka terhadap gelombang
merah (0,580 – 0,680 µm)
· Saluran 3 peka terhadap gelombang
inframerah (0,690 – 0,890 µm)
Kamera pada
RBV tidak memiliki film, dan sebagai gantinya dipasang alat penutup (shutter)
dan disimpan pada permukaan yang peka terhadap sinar didalam setiap
kamera. Permukaan tersebut kemudian disiami (scanning) dalam
bentuk data raster oleh suatu sinar elektron internal guna menghasilkan suatu
sinyal video (sama dengan televisi biasa). RBV pada Landsat-1 hanya
menghasilkan 1.690 citra yang direkam antara 23 Juli – 5 Agustus 1972
(Lillesand dan Kiefer, 1979). Sistem ini kemudian tidak dapat digunakan
setelah terjadi kerusakan pada tombol pita perekamannya.
RBV pada
Landsat-2 dioperasikan tidak kontinyu, hanya untuk kepentingan eveluasi teknik
bagi daerah-daerah yang secara kartografis sulit dijangkau. Terdapat
sedikit perubahan RBV pada Landsat-3 untuk resolusi medan nominal menjadi 30 m,
yang diperoleh dengan jalan memperpanjang fokus lensa kamera sebesar dua kali,
dan memperkecil waktu bukaan lensa (aperture) guna mengurangi gerakan
citra pada saat perekaman, dan menghilangkan filter spektral yang digunakan
oleh RBV sebelumnya. Kepekaan spektral sistem berkisar antara 0,505 mm –
0,750 mm (hijau sampai inframerah dekat). Dua kamera disejajarkan untuk
mengamati daerah yang berdekatan dan berbentuk bujur sangkar seluas 98 km x 98
km. Sepasang citra yang berdekatan tersebut secara nominal sama dengan
ukuran satu citra MSS (empat citra RBV mengisi setiap citra MSS).
2. Sensor Multispectral
Scanner (MSS)
MSS
merupakan sensor utama yang dipergunakan pada Landsat-1 ~ 5. Pada
Landsat-3 ada penambahan saluran termal (seluruhnya menjadi 5 saluran,
sebelumnya berjumlah 4 saluran). MSS merupakan suatu alat scanning mekanik
yang merekam data dengan cara menyiami (scanning) permukaan bumi dalam
jalur-jalur (baris). Sensor MSS ini menyiami 6 baris secara simultan (six-line
scan). Oleh karena lebar setiap baris adalah 79 m, maka 6 baris
setara dengan 474 m.
Untuk satu scene ada
sekitar 360 six-line scans yang meliputi areal seluas 185 km x
185 km. Dalam satu baris, terdapat overlap sekitar 23 meter
(10%) antar pixelnya, sehingga pixel yang berukuran 79 m x 79 m (pixel aktual)
disampel kembali dengan jarak titik pusat pixel 56 m (Gambar
1.).
Gambar 1 Ilustrasi Overlap Pixel Pada
MSS
Sumber: http://satelit-inderaja.blogspot.com/2010/10/karakteristik-dan-spesifikasi-satelit_9558.html
Saluran MSS
memiliki tujuh saluran, namun yang digunakan hanya saluran 4 (0,5 – 0,6
µm) sampai dengan saluran 7 (0,8 – 1,1 µm). Saluran 1 ~ 3 digunakan
oleh sensor RBV. Panjang gelombang yang digunakan pada setiap saluran
Landsat MSS adalah :
· Saluran 4 gelombang hijau (0, 5 –
0,6 µm)
· Saluran 5 gelombang merah (0,6 –
0,7 µm)
· Saluran 6 gelombang inframerah
dekat (0,7 – 0,8 µm)
· Saluran 7 gelombang inframerah
dekat (0,8 – 1,1 µm)
Perekaman
MSS dirancang untuk penginderaan energi dalam medan pandang total 100o dan
bidang pandang sesaat atau IFOV (Instantaneous Field of View) 2,5
miliradian, sedangkan medan pandang total dari objek yang disiam sekitar 11,560,
sudut ini sangat kecil bila dibandingkan dengan wahana udara yang besarnya 900-1200.
Sistem scanning biasanya berbentuk bujur sangkar dan menghasilkan
resolusi spasial atau resolusi medan sekitar 79 meter. IFOV atau bidang
pandang yang semakin kecil bertujuan untuk mengotimalkan resolusi spasialnya,
sedangkan saluran panjang gelombang sempit untuk mengoptimalkan
resolusi spektralnya. Detektor yang digunakan sangat peka untuk
mengeluarkan sinyal yang jauh lebih kuat dari tingkat gangguan (noise)
pada sistemnya. Proses penyiaman menggunakan cermin ulang alik
(bukan cermin berputar) berjumlah 6 detektor sehingga total untuk empat saluran
menjadi 24 detektor. Cermin ulang alik tersebut menyiami sekali dalam 33
milidetik, dan satu gerakan cermin dapat menyiam enam garis yang berdekatan
secara serentak karena pada setiap saluran menggunakan 6 detektor.
Sinyal yang
bersifat analog (nilai pantulan) dari setiap detektor diubah kedalam bentuk
digital dengan bantuan sistem pengubah sinyal di satelit. Skala digital
yang digunakan pada pengubahan ini sebesar 6 bit (0-63). Data tersebut
pada pemrosesan di stasiun bumi diskalakan dengan nilai digital 0-127 untuk
saluran 4, 5 dan 6, sedangkan untuk saluran 7 dengan nilai digital 0-63.
Sistem pengubah sinyal berfungsi untuk mengambil sinyal keluaran dari detektor
dengan kecepatan 100.000 kali per detik. Kecepatan perubahan ini tidak
sama dengan kecepatan perekamannya, sehingga menghasilkan jarak nominal di
lapangan 56 meter. Perbedaan waktu ini menyebabkan nilai pantulan citra tidak
berbentuk bujur sangkar tetapi berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran 56
x 76 meter. Dengan demikian maka jumlah pixel sepanjang garis penyiaman
MSS berjumlah 3.240 pixels, sedangkan yang searah dengan orbit sebanyak 2.340
pixels. Jadi, kurang lebih sekitar 7.581.600 pixel pada setiap saluran.
Dengan demikian maka untuk empat saluran menghasilkan 30.326.400 nilai
pantulan. Selanjutnya nilai kecerahan dari setiap pixel yang diperoleh
berasal dari sel resolusi berukuran penuh 79 x 79 meter dan bukan dari ukuran
resolusi 56 x 79 meter. Bentuk pixek berukuran 56 x 79 meter disebut
sebagai pixel nominal sedangkan 79 x 79 meter disebutkan sebagai pixel
aktual.
Gambar 2. Komponen-Komponen
Utama dari Sensor Multispectral Scanner (MSS) pada Landsat 1,2,3,4,
dan 5 (Landsat-3 juga memiliki saluran inframerah termal)
Sumber: http://satelit-inderaja.blogspot.com/2010/10/karakteristik-dan-spesifikasi-satelit_9558.html
3. Sensor Thematic Mapper
(TM)
Sensor TM (Thematic
Mapper) merupakan sensor yang dipasang pada satelit Landsat-4 dan
Landsat-5. Sistem sensor TM pertama dioperasikan pada tanggal 16 Juli
1982 dan yang kedua pada tanggal 1 Maret 1984. Lebar sapuan (scanning)
dari sistem Landsat TM sebesar 185 km, yang direkam pada tujuh saluran panjang
gelombang dengan rincian; 3 saluran panjang gelombang tampak, 3 saluran
panjang gelombang inframerah dekat, dan 1 saluran panjang gelombang termal
(panas). Sensor TM memiliki kemampuan untuk menghasilkan citra multispektral
dengan resolusi spasial, spektral dan radiometrik yang lebih tinggi
daripada sensor MSS.
Tabel 1.
Nama dan Panjang Gelombang pada Landsat TM
Saluran
|
Nama Gelombang
|
Panjang
Gelombang (µm)
|
1
|
Biru
|
0,45 – 0,52
|
2
|
Hijau
|
0,52 – 0,60
|
3
|
Merah
|
0,63 – 0,69
|
4
|
Inframerah Dekat
|
0,76 – 0,90
|
5
|
Inframerah
Tengah
|
1,55 – 1,75
|
6
|
Inframerah
Termal
|
10,40 – 12,50
|
7
|
Inframerah
Tengah
|
2,08 – 2,35
|
Tabel 2.
Karakteristik Saluran pada Landsat TM
Saluran
|
Panjang Gelombang
(µm)
|
Resolusi
Spasial
(meter)
|
Aplikasi
|
1
|
0,45 – 0,52
|
30 x 30
|
Penetrasi tubuh air, analisis penggunaan lahan, tanah, dan vegetasi.
Pembedaan vegetasi dan lahan.
|
2
|
0,52 – 0,60
|
30 x 30
|
Pengamatan puncak pantulan vegetasi pada saluran hijau yang terletak di
antara dua saluran penyerapan. Pengamatan ini dimaksudkan untuk
membedakan tanaman sehat terhadap tanaman yang tidak sehat.
|
3
|
0,63 – 0,69
|
30 x 30
|
Saluran terpenting untuk membedakan jenis vegetasi. Saluran ini
terletak pada salah satu daerah penyerapan klorofil dan memudahkan pembedaan
antara lahan terbuka terhadap lahan bervegetasi.
|
4
|
0,76 – 0,90
|
30 x 30
|
Saluran yang peka terhadap biomasa vegetasi. Juga untuk
identifikasi jenis tanaman, memudahkan pembedaan tanah dan tanaman serta
lahan dan air.
|
5
|
1,55 – 1,75
|
30 x 30
|
Saluran penting untuk pembedaan jenis tanaman, kandungan air pada
tanaman, kondisi kelembaban tanah.
|
6
|
2,08 – 2,35
|
120 x 120
|
Untuk membedakan formasi batuan dan untuk pemetaan hidrotermal.
|
7
|
10,40 – 12,50
|
30 x 30
|
Klasifikasi vegetasi, analisis gangguan vegetasi, pembedaan kelembaban
tanah, dan keperluan lain yang berhubungan deengan gejala termal.
|
8
|
Pankromatik
|
Studi kota, penajaman batas linier, analisis tata ruang
|
Sumber : Lillesand dan Kiefer
(1979) dalam Sutanto (1994). (dengan modifikasi)
Perekaman
sensor TM dirancang untuk menyiam energi dengan medan pandang total 100o dan
bidang pandang total atau IFOV dari objek yang disiam sekitar 15,4o (±7,7o
dari nadir). Sistem penyiangan berupa bujur sangkar dan menghasilkan sel
resolusi medan berukuran 30 meter.
Detektor
yang digunakan pada TM sangat peka untuk menghasilkan sinyal yang jauh lebih
kuat dari tingkat gangguan (noise) pada sistemnya. Kalau pada
penyiaman pada MSS menggunakan enam detektor pada setiap salurannya sehingga
total empat saluran terdiri dari 24 detektor dan menggunakan cermin ulang alik
(bukan cermin berputar), maka sensor TM menggunakan cermin berputar (oscillating
mirror) setiap saluran non-termal menggunakan 16 detektor, jadi empat
saluran (saluran 1 hingga 4 total 100 detektor). Detektor saluran 5 dan 7
(gelombang inframerah tengah) menggunakan detektor indium antiminide (InSb),
sedangkan saluran 6 (gelombang inframerah termal) menggunakan detektor mercury
cadmium telluride (HgCdTe). Disamping itu Landsat TM
dapat diterima melalui satelit komunikasi TDRS (Tracking
and Data Relay Satellites).
Resolusi
radiometrik pada citra landsat TM lebih baik dari citra landsat MSS.
Terdapat perbaikan pada sinyal analog (nilai pantulan) dari setiap detektor
yang diubah kedalam bentuk digital dengan bantuan sistem pengubah sinyal di
satelit. Perbaikan ketelitian radiometrik ini nampak pada skala nilai digital
dari 6 bit menjadi 8 bit sehingga menghasilkan pelebaran julat (range)
nilai digital dari 64 (0-63) menjadi 256 (0-255). Resolusi spasial
pada citra Landsat TM non termal adalah 30 meter. Namun, dalam posisi
geometrik yang menggunakan proyeksi SOM (Space Oblique Mercator) ukuran
pixelnya adalah 28,5 x 28,5 meter. Data Landsat TM di stasiun bumi
menggunakan proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator) atau proyeksi
PS (Polar Stereographic) maka yang digunakan adalah resolusi pixel 30 x
30 meter untuk data non termal sedangkan bagi data termal mempunyai resolusi
120 meter.
Gambar 3. Sistem Sensor TM
pada Landsat-4 dan 5
Sumber: http://satelit-inderaja.blogspot.com/2010/10/karakteristik-dan-spesifikasi-satelit_9558.html
4. Sensor Enhanced Thematic
Mapper (ETM)
Sensor ETM (Enhanced
Thematic Mapper) merupakan pengembangan dari sensor TM (Thematic
Mapper). Pengembangan tersebut antara lain berupa :
1. Penambahan saluran pankromatik
dengan panjang gelombang 0,50 – 0,90 µm. Saluran pankromatik ini
mempunyai resolusi spasial sebesar 15 x 15 meter.
2. Perbaikan resolusi saluran termal
menjadi 60 meter. Sedangkan desain untuk 6 saluran yang lain sama seperti
pada sensor TM.
Citra ETM
seharusnya diperoleh dari Landsat-6, namun satelit tersebut gagal mencapai
orbit.
Tabel 3.
Nama dan Panjang Gelombang pada Landsat ETM+
Saluran
|
Nama Gelombang
|
Panjang
Gelombang (µm)
|
1
|
Biru
|
0,45 – 0,52
|
2
|
Hijau
|
0,52 – 0,60
|
3
|
Merah
|
0,63 – 0,69
|
4
|
Inframerah Dekat
|
0,76 – 0,90
|
5
|
Inframerah
Pendek
|
1,55 – 1,75
|
6
|
Inframerah
Termal
|
10,40 – 12,50
|
7
|
Inframerah
Pendek
|
2,09 – 2,35
|
8
|
Pankromatik
|
0,50 – 0,90
|
Sumber : Humaidi (2005)
5. Sensor Enhanced Thematic
Mapper Plus (ETM+)
Desain dan
operasi Landsat 7 direncanakan akan membawa dua sensor, yaitu Enhanced
Thematic Mapper Plus (ETM+) dan High Resolution
Multispectral Stereo Imager (HRMSI). ETM+ didesain
untuk keberlanjutan dari program Landsat-4 dan 5, dimana sampai saat ini
datanya masih dapat diakses atau direkam. Pola orbitnya juga dibuat sama
dengan Landsat-4, 5 dan 6, yaitu dengan lebar sapuan/liputan sebesar 185
km. Desain daripada ETM+ sama seperti ETM pada
Landsat-6 namun ditambah dengan dua sistem model kalibrasi untuk mengeliminasi
gangguan radiasi matahari (dual mode solar callibrator systems) dengan
penambahan lampu kalibrasi untuk fasilitas koreksi radiometrik (lihat Gambar 3
dan 4).
Gambar 4. Spacecraft
Landsat-7
Sumber: http://satelit-inderaja.blogspot.com/2010/10/karakteristik-dan-spesifikasi-satelit_9558.html
Gambar 5. Scanner ETM+
Sumber: http://satelit-inderaja.blogspot.com/2010/10/karakteristik-dan-spesifikasi-satelit_9558.html
Transmisi
data ke stasiun penerima di bumi dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu :
1. Dikirim menggunakan gelombang
radio secara langsung ke stasiun penerima di bumi,
2. Melalui relay satelit
komunikasi TDRSS (Tracking and Data Relay Satellites System) yang akan
merekam dan kemudian mengirimkan ke stasiun penerima di bumi,
3. Data objek permukaan bumi
direkam/disimpan lebih dahulu dalam suatu panel (storage on board) atau
tipe (wideband tipe recorder), baru kemudian dikirim ke stasiun penerima
di bumi.
Satelit
Landsat-7 juga akan dilengkapi dengan fasilitas penerima sistem posisi lokasi (Global
Positioning System/GPS reciever) untuk meningkatkan ketelitian posisi atau
letak satelit di dalam jalur orbitnya. Karakteristik hasil pengembangan sensor
TM menjadi ETM+ pada Landsat-7, dijelaskan pada Tabel 3.
berikut ini :
Tabel 4. Karakteristik Saluran pada Landsat ETM+
Saluran
|
Panjang Gelombang
(µm)
|
Resolusi Spasial
(meter)
|
A p l i k a s i
|
1
|
0,45 – 0,52
|
30 x 30
|
Untuk pemetaan perairan pantai, pembedaan tanah dan vegetasi, analisis
tanah dan air, dan pembedaan tumbuhan berdaun lebar dan konifer.
|
2
|
0,52 – 0,60
|
30 x 30
|
Untuk inventarisasi vegetasi dan penilaian kesuburan.
|
3
|
0,63 – 0,69
|
30 x 30
|
Untuk pemisahan kelas vegetasi dan memperkuat kontras antara penampakan
vegetasi dan non-vegetasi.
|
4
|
0,76 – 0,90
|
30 x 30
|
Untuk deteksi akumulasi biomassa vegetasi, identifikasi jenis tanaman,
dan memudahkan pembedaan tanah dan tanaman, serta lahan dan air.
|
5
|
1,55 – 1,75
|
30 x 30
|
Untuk menunjukkan kandungan air pada tanaman, kondisi kelembaban tanah
dan berguna untuk membedakan awan dengan salju.
|
6
|
10,40 – 12,50
|
60 x 60
|
Untuk analisis vegetasi stress, pembedaan kelembaban tanah, klasifikasi
vegetasi, analisis gangguan vegetasi, dan pemetaan suhu.
|
7
|
2,09 – 2,35
|
30 x 30
|
Untuk pemetaan formasi geologi dan pemetaan hidrotermal.
|
8
|
0,50 – 0,90
|
15 x 15
|
Untuk peningkatan resolusi spasial.
|
Sumber : Humaidi (2005)
5.1
High Resolution Multispectral Stereo Imager (HRMSI)
Sensor HRMSI
(High Resolution Multispectral Stereo Imager) direncanakan akan dibawa
oleh satelit Landsat-7. Sensor ini diharapkan memiliki kemampuan yang
sama dengan sensor pushbroom scanner pada satelit SPOT (Systeme
Probatoire l’ Observation de la Tere) milik Perancis. Sensor
jenis ini didesain untuk dapat mengambil data ETM+ dari
berbagai arah untuk mendapatkan data tiga dimensi (stereo data).
Sensor ini juga didesain juga untuk pengambilan data ulang suatu wilayah stereo
dengan selang waktu paling lama tiga hari. Kemudian resolusi spasial dari
data ETM+ didesain juga untuk data pankromatik dengan
resolusi spasial 5 meter, dan data multispektral (ETM saluran 1 sampai 4)
sebesar 10 meter.
5.2
Kerusakan Scan Line Corrector (SLC) pada Landsat-7
Sebagai
catatan penting dari sistem satelit Landsat-7 yaitu bahwa pada akhir Mei 2003
sistem ini telah mengalami kerusakan pada SLC (Scan Line Corrector).
USGS (United States Geological Survey) sebagai operator daripada satelit
Landsat-7 telah berupaya keras untuk dapat memperbaikinya namun tidak berhasil,
bahkan kerusakan tersebut selanjutnya dinyatakan sebagai kerusakan yang
permanen. Namun demikian, USGS masih tetap mengoperasikan satelit Landsat-7
ini untuk merekam seluruh wilayah permukaan bumi. Sejak kerusakan itu,
maka seluruh data Landsat-7 hasil rekaman paska kerusakan disebut sebagai data
Landsat SLC-Off, sedangkan data hasil rekaman sebelum kerusakan disebut sebagai
data Landsat SLC-On.
Sebagai
akibat daripada kerusakan yang terjadi, maka pada setiap data Landsat SLC-Off
terdapat Gap atau bagian yang terlewatkan oleh sapuan sensor sebesar
22%. Artinya bahwa pada setiap scene data yang dihasilkan satelit
tersebut kehilangan informasi sebesar 7.529,5 km2 dari luas
liputan Landsat-7 yang seharusnya sebelum kerusakan SLC yakni 34.225 km2 (185
km x 185 km). Untuk memperbaiki Gap tersebut dapat dilakukan dengan cara
memosaik data Landsat SLC-Off dengan satu atau lebih data SLC-Off atau SLC-On
sehingga menghasilkan satu data mosaik yang memuat informasi dari beberapa
tanggal perolehan. Keadaan ini juga banyak menimbulkan masalah dari sisi
keakuratan data yang diinginakan. Oleh karena itu maka banyak pengguna (user)
yang beralih ke data citra dari satelit lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Perkuliahan
Pengolahan Citra Digital 2015
Loppies
Ronny. 2010. Karakteristik dan Spesifikasi Satelit LANDSAT (Bagian-1) http://satelit-inderaja.blogspot.com/2010/10/karakteristik-dan-spesifikasi-satelit.html.
Loppies
Ronny. 2010. http://satelit-inderaja.blogspot.com/2010/10/karakteristik-dan-spesifikasi-satelit_9558.html.
Loppies
Ronny. 2010. http://satelit-inderaja.blogspot.com/2010/10/karakteristik-dan-spesifikasi-satelit_15.html.
Wikipedia.
2015. Program Landasat. http://id.wikipedia.org/wiki/Program_Landsat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar